Menjadi Pembebas Palestina Oleh: Islahuddin Panggabean, S.Pd Sekretaris Rumah Dakwah As-Sakinah Caleg DPRD Kota Medan Partai Gelora Indonesia Kota Medan Dapil 3
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS Isra: 1)
Di dalam al-Quran, wilayah Palestina atau Al-Quds mendapat tempat yang sangat mulia. Ialah tempat isra’ Nabi Muhammad Saw, tempat berada Masjid al-Aqsha yang disebut wilayah yang diberkati (QS Al-Isra: 1), Ia juga disebut sebagai Ardhul Muqaddash (QS al-Maidah :21), Baitul Maqdis juga terkenal sebagai tanahnya para nabi.
Oleh karena itu, hubungan umat Islam dengan bumi Palestina dan Al-Aqsha adalah hubungan yang erat dengan kewajiban salat 5 waktu yang diwahyukan oleh Allah langsung di Sidratul Mintaha melewati langit ketujuh pada malam peristiwa Isra’ Mi’raj tahun 11 kenabian.
Ibadah sholat adalah tiang agama. Rasulullah Saw dan para sahabat sholat menjadikan Masjid Al-Aqsa sebagai kiblat sejak di Mekkah hingga 16 bulan pertama di Madinah. Dari sejarah tersebut, jelas bahwa tanpa Masjid Al-Aqsha dan peristiwa Isra Mi’raj tak akan pernah ada kewajiban sholat 5 waktu bagi umat Islam.
Selain itu, Buya Hamka menjelaskan bahwa Masjid al-Aqsha itu adalah tempat yang telah diberkati sekelilingnya. Karena di ‘situlah nabi-nabi dan rasul-rasul, berpuluh banyaknya, sejak Musa sampai Dawud dan Suiaiman telah menyampaikan wahyu Allah. Ke situlah Nabi Muhammad saw. terlebih dahulu dibawa, lalu dipertemukan dengan arwah mereka itu sebelum beliau dimi'rajkan, diangkatkan ke langit.
Dari 25 Rasul Allah yang termaktub namanya dalam Al-Qur'an terdapat 17 Rasul yang hijrah, lahir dan besar serta berdakwah di Baitul Maqdis. Rinciannya ialah 1) Rasul yang hidup di sekitar Baitul Maqdis dan berhubungan erat yakni Ibrahim, Ishaq, Yaqub, Musa, Harun. 2) Rasul yang hidup dan tinggal di Baitul Maqdis Yusya bin Nun, Daud, Sulaiman, Zakariya, Yahya. Dan 3) Rasul yang berkunjung ke Baitul Maqdis dan melewatinya saat bepergian: Adam, Syits, Luth, Ismail, Yusuf, Isa dan Muhammad SAW.
Masjid Al-Aqsha juga merupakan salah satu masjid paling mulia di dunia. Rasulullah SAW pernah ditanya; Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka Bumi ? Beliau bersabda, Masjid Al-Haram. Abu Dzar bertanya lagi, Kemudian apa ? Beliau bersabda, Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha. (HR. Ahmad dari Abu Dzar)
Akan tetapi, sangat disayangkan Baitul Maqdis atau tanah Palestina hingga saat ini masih belum merdeka karena dijajah oleh Zionis Israel. Padahal sebagian ulama menegaskan bahwa Baitul Maqdis ialah simbol izzah Islam wal Muslimin. Ummat ini tidak lengkap kemuliaannya tanpa bebasnya tanah Baitul Maqdis.
Kepedulian setiap pribadi muslim terhadap Baitul Maqdis hakikatnya merupakan bukti keimanan dan hasil seleksi terhadap siapa yang disebut dengan golongan penegak kebenaran sejati (Ath-Thaiah Manshurah). Sebab, ciri kelompok tersebut ialah yang memiliki kepedulian penuh terhadap permasalahan al-Aqsha sebagaimana tersirat dalam hadits.
“Akan senantiasa ada sekumpulan dari umatku yang terus menegakkan kebenaran dan tegas melawan musuh. Tidak membahayakan perjuangan mereka walau terpinggirkan dan dirintangi kesusahan kecuali ujian sampai datang ketentuan Allah. Mereka akan tetap sedemikian.” Sahabat bertanya, “Di mana mereka itu?” Baginda menjawab,” Mereka berada di Baitul Maqdis dan di kawasan sekitarnya,” (HR Ahmad)
Di dalam sejarah, kita mengenal tokoh-tokoh pembebas Baitul Maqdis, seperti Umar bin Khattab dan Shalahuddin al-Ayyubi. Lantas siapakah arsitek sebenarnya dalam pembebasan Al-Aqsha? Jawabannya tak lain ialah Rasulullah Saw. Palestina dan Baitul Maqdis amat erat kaitannya dengan sejarah perjuangan Nabi Muhammad menegakkan risalah lslam. Banyak umat Islam yang belum menyadari bahwa setelah urusan perang Ahzab atau Khandaq pada 5 H dimana Rasulullah Saw menghadapi musyrikin Mekkah dan Yahudi Madinah yang berkhianat dalam perang selesai, Nabi menjadikan pembebasan Al-Aqsha dari penjajahan Romawi sebagai salah satu agenda utama umat Islam.
Direktur Baitul Maqdis Institute, Fahmi Salim menjelaskan ada beberapa langkah dan strategi Nabi Saw dalam upaya pembebasan Palestina yang dilakukan setelah terjadinya Perjanjian Hudaibiyah pada 6 H. Pertama, Mengirim surat dakwah ke Kaisar Romawi Heraclius agar masuk Islam. Hal tersebut tentu jika kaisar menerima dan menjadi muslim, maka otomatis tanah Al-Quds akan dalam genggaman Islam.
Kedua, Rasul mengadakan perjanjian damai dengan rakyat Aylah, kota pelabuhan selat Aqobah di pesisir laut merah di Yordania. Pemimpinnya Yohannah bin Ru'bah datang ke Madinah meminta damai dan bayar jizyah. Langkah ini juga bertujuan juga untuk memudahkan pergerakan dan pasokan logistik kepada pasukan muslim yang akan membebaskan Al-Quds. Karena selat Aqaba adalah rute strategis dalam proyek pembebasan Al-Quds yang dirancang oleh Nabi Muhammad saw.
Ketiga, Pemberian lahan di Palestina kepada seorang sahabat bernamaTamim bin Aus Addari di wilayah kota Hebron dan Beit Aynoun pasca perang Tabuk. Ini adalah pertama kali Rasul memberikantanah garapan (iqtho') turun temurun yang sangat jauh di luar pusat pemerintahan Islam di Madinah. Tujuannya selain untuk memotivasi para sahabat agar memperjuangkan Baitul Maqdis, juga menjadi kabar gembira bahwa Palestina dan Baitul Maqdis segera menjadi milik kaum muslimin.
Keempat, Mengirimkan Ekspedisi milter ke Mu'tah tahun 8 H, kemudian Tabuk tahun 9 H, dan Pasukan Usamah sebelum Rasul wafat di tahun 10 H. Ketiga perang versus Romawi itu tentu bertujuan untuk pembebasan Al-Aqsha yang merupakan kiblat pertama kaum muslimin.
Umat Islam juga perlu mengetahui hal penting bahwa saat Nabi berada di Syam dalam perang Tabuk beliau menyampaikan satu hadis penting tentang 6 tanda dekatnya kiamat, diantaranya: 1. Wafatnya Rasulullah dan 2. Pembebasan Baitul Maqdis. Kedua peristiwa itu agak berdekatan karena selang 1 tahun kemudian dari perang Tabuk, Rasulullah benar-benar wafat pada tahun 10 H dan pembebasan Baitul Maqdis terjadi 5 tahun berselang kemudian yaitu pada tahun 16 H di era Khalifah Umar bin Khattab.
Fakta sejarah kenabian tersebut telah menyimpulkan bahwa seorang muslim di dalam kehidupan ini memang harus menjadi seorang pembebas palestina atau Al-Quds.
Sejak 20 ke 25 Desember 2023, Ketua Ulama Palestina Diaspora Asean Dr Ahed Abu Al Atta didampingi Ustadz Fahmi Salim berkunjung ke Sumatera Utara menyampaikan informasi terkini terkait Palestina.
Dr Ahed menekankan bahwa Thaufan Al-Aqsha yang dilakukan pejuang Palestina semata diawali untuk menjaga kesucian Al-Aqsha dan menyelamatkan tawanan yang disiksa dan akan dibunuh Zionis Israel. Ia juga menyampaikan bahwa peristiwa yang sudah berlangsung lebih dari 77 hari ini membuktikan lemahnya penjajah Israel bahkan ini bukti tentara Israel ialah terlemah di muka bumi. Mereka hanya berlindung di balik koalisi besar yang dibuat Amerika.
Israel mengalami kerugian besar. 6 Kementrian tutup hanya untuk membiayai perang. Dan Masih banyak lagi kerugian lain. Bahkan lebih 600.000 pemukim Israel telah keluar negeri. Memang rata-rata warga mereka punya 2 kewarganegaraan. Itu menunjukkan mereka sendiri sadar bahwa sebenarnya Palestina itu memang bukan tanah mereka.
Seluruh masyarakat dunia bahkan dari negeri non muslim sudah mulai mendukung kemerdekaan Palestina karena perilaku tidak berkemanusiaan Israel. Sebagai bangsa Indonesia, tentulah diharapkan dukungan harus lebih kuat dan bersifat menekan Israel.
Penutup
Sebagai pribadi muslim tentu memiliki keterikatan sendiri dengan Masjid Al-Aqsha dan Palestina. Di sana ada masjid suci, juga tempat nabi ke langit menjemput ibadah sholat serta juga negeri para Nabi. Ia juga warisan perjuangan dari Nabi. Sehingga adalah kewajiban untuk menjadi bagian dari pembebas negeri Palestina dari jajahan Zionis Israel. Wallahua’lam.