Kampung Dongeng
Toke SMS (Siang-siang Maling Seng) pemilik pabrik badut di kampung Edan. Badut yang ia permak, tambal, warnai dan beri harum-haruman dipamerkan keliling kampung berharap dipercaya warga tuk menangani beberapa pos pelayanan dan perlindungan masyarakat.
Dengan remote kontrol pengendali badut tetap ditangan niat busuknya berhasil tertutupi dari penglihatan warga. Masyarakat pun rela menjadikan badut-badut lucu itu dalam posisi yang strategis.
Selain itu SMS juga punya berbagai usaha lain diantaranya sektor industri, properti, perhotelan, pendidikan dan entertainment. Guna mengamankan bisnis-bisnis besarnya inilah ia buat pabrik badut dengan harapan sebagai bamper dalam menghadapi masyarakat.
Tiba satu hari ia error dalam kalkulasi krn mengutus sebagian kecil buruhnya tuk gangguin orang ngaji. Dengan arogan dan bar-bar mereka merusak setiap properti sambil mengancam bakar dan bunuh setiap santri. Ini adalah lokasi yang pengen sekali ia beli dengan tawaran yang tinggi. Tapi gak pernah diterima oleh seorang tokoh yang memiliki lahan tadi.
Gangguan ini yang kesekian kali dibuatnya tapi menjadi viral dengan bantuan teknologi informasi. Aksi empati berdatangan dari berbagi elemen untuk mendukung orang-orang tetap bisa ngaji dalam keamanan dan kenyamanan beribadah.
Tibalah mereka mengadu kepada mereka-mereka yang dipercaya menjaga pos pelayanan dan perlindungan masyarakat dari gangguan-gangguan yang memicu kegaduhan. Ternyata kenyataan tak sesuai ekspektasi, keinginan tuk mendapat keadilan sirna karena badut-badut tadi siap mengganti rugi setiap aset yang rusak dan memberi sertifikat mengaji bagi para santri-santri. Dengan syarat tidak menuntut penangkapan pelaku-pelaku tadi dan si SMS yang memerintah mereka. Akhirnya karena merasa asetnya sudah diganti sertifikat santri sudah diberi ya sudahlah. Dan menghimbau setiap orang yang terpanggil untuk menuntut keadilan disuruh PUAS dengan kenyataan yang ada tanpa basa-basi.
Syukurnya itu tidak terjadi di kampung kami