Sekretaris Bidang Sosben MUI SU Menembus Gerbang Masjid Aqsa untuk Sholat Tahajjud

Sekretaris Bidang Sosben MUI SU Menembus Gerbang Masjid Aqsa untuk Sholat Tahajjud

Ł„ŁŽŲ§ ŲŖŁŲ“ŁŽŲÆŁŁ‘ Ų§Ł„Ų±ŁŁ‘Ų­ŁŽŲ§Ł„Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‘Ų§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų«ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų«ŁŽŲ©Ł Ł…ŁŽŲ³ŁŽŲ§Ų¬ŁŲÆŁŽ Ł…ŁŽŲ³Ł’Ų¬ŁŲÆŁŁŠ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ³Ł’Ų¬ŁŲÆŁ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł…Ł ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ³Ł’Ų¬ŁŲÆŁ Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ‚Ł’ŲµŁŽŁ‰

“Janganlah kalian menempuh perjalanan jauh kecuali menuju ke tiga masjid : masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjid Al Haram, dan Masjid Al Aqsha” (HR. Bukhari no. 1115 dan Muslim no. 1397).

Hadist inilah yang membuat Nani Ayum Panggabean Sekretaris Bidang Sosben MUI SU bertekad sungguh untuk bisa sujud di Masjid Al Aqsha. Hal itu disebabkan karena Nani Ayum sudah berkunjung ke beberapa negara yang ada pada empat benua Asia, Afrika, Eropa dan Australia , In syaa Allah kalau sehat dan atas izin Allah Swt, bisa pula mengunjungi benua Amerika. Terwujudlah Cita dan Asa Nani Ayum dapat Menaklukkan Lima Benua”.

Nani Ayum sangat sedih sekali sudah pergi kemana mana ,tapi belum berkunjung sujud di Masjid Al Aqsha. Sudah mencari ke berbagai travel di Jakarta, mereka memberi persyaratan ada pendamping karena mengingat usia yang sudah tidak muda lagi. Dilihat kanan kiri travel Medan belum terlihat saya ada Program Ziarah Bumi Para Nabi . Akhirnya Alhamdulillah bertemulah dengan travel Al Khair dan berangkatnya pun melalui Medan.

Kami rombongan Indonesia bersama Travel Al Khair ini mengunjungi tiga negara Mesir , Aqsha Palestina dan Yordania berjumlah 45 orang. Dimulai dari mengunjungi Mesir dan dilanjutkan ke Aqsha terakhir ke Yordania.

Pada Sabtu16 Sya’ban 1446 H/ 15 Februari 2025 kami rombongan berangkat dari hotel menuju pintu Gerbang Aqsa berjalan melalui lorong jalan yang gelap, remang-remang karena minim cahaya. Jaraknya agak jauh , jalannya mendaki dan menurun. Sebelum mencapai masjid ,depan pintu gerbang ada penjagaan ketat pasukan tentera Israel ( gabungan beberapa negara, ada juga negro kulit hitam), mereka bersenjata lengkap . Semua pintu gerbang Masjid Aqsha dijaga ketat pasukan Israel tersebut. Kami dilarang tidak diperbolehkan masuk oleh pasukan Tentera Israel yang menjaga di gerbang tersebut yang kelihatan sombong dan berwajah dingin.

Pada saat itu kami rombongan dari Indonesia cuma bisa terpaku , sedih , kecewa , karena hari itu adalah hari pertama kami sholat Subuh di Masjid Al Aqsha. Setelah negoisasi, sedikit tegang , mereka tetap tidak mengizinkan kami masuk. Rombongan berbalik arah mencari kesempatan pada pintu gerbang yang lain . Sebagian teman sudah mulai takut khawatir dan berniat kembali ke hotel. Saya mengenggam erat tangan teman saya seorang mantan jaksa orang Karo dan cukup berani seperti saya , umurnya lebih tua sedikit dari saya untuk tetap berdiri dan bertahan di depan tentera Istael yang terlihat dingin, kaku dan sombong itu . Entah kenapa tiba tiba saya teringat ketika kami di Taba Border perbatasan Mesir dan Bumi Palestina/ Israel. Antrian panjang untuk masuk itu saya dan teman saya ini antrian paling belakang, tiba tiba Tour Leader memanggil kami untuk pindah berbaris paling depan, berarti ada juga sisi positif mereka menghormati orang tua. Insipirasi itu saya coba gunakan sebagai trik dengan berbahasa Inggeris bermohon untuk kiranya kami bisa masuk , menyebutkan usia saya dan teman saya yang sudah tua dan ingin sholat di Masjid Aqsa . Saya tidak ingat dia bilang apa, tapi isyarat tangannya menyuruh kami masuk , kami berdua pun berlari tergopoh gopoh masuk sambil menangis tersedu sedu. Tour Leader yang juga Owner Al Khair Runny Gading Hakim mengurut dada dan tidak bisa berkata apa apa, dia berdoa dalam hati agar selamatlah dan dijaga Allah dua peserta Neli ini (Nenek lincah) begitu tuturnya ketika sarapan pagi di resto hotel.

Ada dua masjid , Masjid Qibli ( Kubah abu kehitaman ) dan Masjid Kubah batu As-Shahrakh ( kubah kuning emas). Saya tuntun teman saya untuk sholat subuh pertama ini kita di Masjid Al – Qibli saja dulu . Masjid ini merupakan bangunan berkubah beton abu kehitaman yang terletak di sebelah selatan kompleks. Masjid ini dinamakan Masjid Al Qibli karena menghadap ke arah kiblat. Dengan luas 4.500 m persegi, masjid yang difungsikan sebagai tempat sholat utama ini dapat menampung sekitar 5.500 jamaah. Masjid ini sebagai tempat utama untuk Sholat berjamaah.

Masjid Al Qibli dibangun oleh Khalifah Umar bin Khattab saat kunjungannya ke AlQuds /Yerussalem begitu Islam berhasil membebaskan Baitul Maqdis. Masjid ini dinamai sama dengan kompleks Al Aqsha.

Jamaah Shubuh hari itu sangat sedikit sekali ,beberapa penduduk Arab Palestina yang sudah tua yang bertempat tinggal di sekitar masjid dan beberapa orang Indonesia dari Jakarta dan kami sendiri dari Medan Sumatera Utara. Ada lima orang teman rombongan kami yang juga bisa lolos masuk melalui pintu gerbang yang jauh ketika azan sudah mulai berkumandang. Sementara teman kami yang lain semuanya kembali ke hotel.

Di Masjid Aqsha qiblat pertama umat Islam itu kami saling berpelukan erat, hangat dengan beberapa muslimah Palestina sambil menangis terharu. Saling menukar permen dan makanan ringan khas negara kami masing masing , begitu berkesan penuh keakraban. Tausiyah Subuh disampaikan Ustazah dari Muslimah Palestina setempat , saya lupa menanyakan namanya, menyampaikan dengan suara terbata bata sambil menangis : “Jangan biarkan kami sendirian menjaga Al Quds, menjaga Masjid Al Aqsa . Lihatlah betapa sedikitnya kami yang sholat Subuh berjama’ah. Bisa saja satu ketika Status Quo ( hanya mengizinkan umat Islam beribadah di masjid Aqsa ) ini bukan lagi milik Islam ,tapi juga milik Nasrani dan Yahudi untuk bisa beribadah disini karena sudah sepinya jama’ah umat Islam yang beribadah di sini.”

Sore menjelang sholat asar setelah tour ke AlKahalili / Hebron ziarah makam para Nabi, barulah kami bisa masuk seluruh rombongan ke Masjid Al Aqsha dengan terlebih dahulu pemeriksaan passpor dan barang dalam tas. Sungguh terlalu Israel laknatullah ini kepada orang yang mau beribadah.

Pada kompleks Al-Haram Asy-Syarif ini kami sholat di Masjid Kubah As Shakrah sebuah bangunan persegi delapan berkubah emas yang terletak di tengah kompleks Masjid Al Aqsha. Kompleks ini sendiri berada dalam tembok Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur). Tempat ini disucikan dalam agama Islam dan Yahudi. Kubah Shakhrah ini selesai didirikan tahun 691 Masehi, menjadikannya bangunan Islam tertua yang masih ada di dunia. Di dalam kubah ini terdapat batu berukuran 56 x 42 kaki sangat penting dalam sejarah Islam sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad SAW ketika melakukan perjalanan Mi’raj. Di bawah batu ini terdapat gua kecil yang memiliki ukuran 4,5×4,5 meter dan tinggi 1,5 meter. Kami berada di Masjid Al Aqsha sampai sholat Isya.

Esoknya Hari Ahad ,17 Sya’ban 1446 H/ 16 Februari 2026 M kami kembali ke Aqsha hanya bertiga saja pukul 04.00 pagi . Pintu gerbang pertama kami sudah mau lolos setelah pemeriksaan ketat oleh tentera Israel. Tapi saya salah ucap menyebutkan “Syukran”. Langsung tentera Israel perempuan berkulit hitam rambut gimbal membentak saya marah dengan suara lantang : ” No Arabic ,Go Out”. Istael Laknatullah mengusir kami dari pintu gerbang tersebut. Kami mencari pintu lain berjumpa dengan seorang pria Muslim Palestina yang mau ke Masjid. Saya berbahasa Arab mohon bantuan untuk masuk, dengan senang hati beliau membantu kami bertiga dgn mengikuti beliau melalui lorong lorong kecil yang gelap dan agak jauh , lorong itu jarang ada penjaga Israel. tetapi takdir berjumpa lagi dengan sekelompok tentera Israel yang lagi minum disitu. Saya segera menyelempangkan jilbab saya ke wajah saya biar agak tertutup dan dengan sigap memegang jubah pria muslim tsb berjalan cepat setengah berlari dan dua teman saya tertinggal di belakang kembali di hadang tidak diperbolehkan masuk. Pria Arab Palestina mengatakan : Saya tidak bisa membantu teman anda, bisa bisa saya dan kamu tidak dapat qiyamullail dan sholat subuh berjamaah nantinya.”

Teman saya itu tetap semangat mencari pintu gerbang yang lain dan Alhamdulillah dapat juga sholat berjama’ah di Masjid Qibli.

Pulang ke hotel dari pintu yang agak jauh akan memakan waktu lama dan melelahkan , apalagi pagi kami mau ke Yordania. Terlihat saya seorang Bapak yang membawa mobil spt mobil golf dan parkir . Saya minta tolong diantar ke hotel dan akan diberi bbrp dollar. Beliau tersenyum kepada saya dan berkata , “Shadaqah Laki Majjanan” (Sedekah untuk kamu spesial gratis) . Saya sampaikan kepada teman bahwa kita grartis , kami pun berpelukan menangis terharu. Dan Muhammad Ghalib ini pun membawa kami City tour mengelilingi kota tua Yerussalem. Alhamdulillah ‘ala kulli hal.