Indonesia Menjadi Anggota BRICS, Mengapa Khawatir Akan Menjadi Ancaman Keamanan?

Di tengah ketegangan global yang kian mengeras, dunia kembali terbagi dalam warna yang kontras. Bukan karena perang, tetapi karena kepercayaan terhadap satu kekuatan besar kian memudar. Mulai muncul poros-poros kekuatan baru yang mewarnai panggung pergulatan dunia. Forum yang akhir-akhir ini seringkali disebut adalah BRICS, muncul sebagai poros kekuatan baru yang menolak dominasi kekuatan lama. BRICS, forum ekonomi berpengaruh yang digawangi oleh Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Forum ini tentu menjadi magnet bagi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS pada awal 2025, hal ini kemudian kembali memicu perdebatan. Apakah bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS akan mengancam keamanan nasional kita, atau justru menjadi peluang baru untuk semakin memperkuatnya?
BRICS, Peluang Baru bagi Indonesia
Dalam konteks keamanan internasional, ancaman tidak selalu datang dalam bentuk militer. Terdapat ancaman-ancaman yang datangnya dari ketergantungan ekonomi dan dominasi struktur global yang timpang. Dari perspektif keamanan non-tradisional, bergabung dengan BRICS dapat memperkuat keamanan nasional Indonesia. Indonesia dapat memperluas akses perdagangan, memperdalam kerjasama, juga mengurangi ketergantungan terhadap lembaga-lembaga keuangan Barat seperti IMF dan Bank Dunia.
Selain itu, BRICS juga memberi peluang baru bagi Indonesia untuk memperkuat diplomasi Selatan-Selatan, sangat sejalan dengan identitas Indonesia sebagai negara berkembang. Dalam forum ini, Indonesia tidak perlu menjadi ‘pengikut’ kekuatan besar, Indonesia—Bersama negara-negara anggota BRICS lainnya, dapat tampil sebagai mediator dan jembatan antara dunia Selatan dan Utara. Di sinilah keamanan tidak lagi berarti membangun tembok setinggi-tingginya, tetapi juga membangun jembatan seluas-luasnya.
Menepis Kekhawatiran akan Ancaman
Menurut sebagian orang, BRICS dianggap sebagai blok tandingan bagi hegemoni Barat. Ada China, Rusia, juga negara-negara perwakilan dunia Selatan lainnya yang ingin berbicara lebih lantang di meja dunia, juga menantang hegemoni Barat. Hal ini mendorong pertanyaan, apakah bergabungnya Indonesia dengan forum seperti ini tidak berbahaya bagi keamanan kita?
Tetapi sepertinya, cara berpikir seperti itu juga sudah tertinggal, kita tidak tinggal di era blok lagi. Indonesia bukan seperti Amerika, bukan pula seperti China. Indonesia dapat menjadi penyeimbang. Sejak awal justru politik luar negeri kita memiliki dasar keyakinan bahwa dunia tidak bisa dibagi dua. Prinsip “Bebas-Aktif” bukan hanya slogan, prinsip ini membuat Indonesia dapat berbicara, juga bekerja sama dengan siapa saja tanpa harus tunduk pada siapa pun.
Maka dari itu, masuk ke BRICS bukanlah ancaman bagi keamanan, melainkan ruang bagi perubahan. Tempat bagi negara-negara berkembang yang selama ini tidak didengar. BRICS menawarkan alternatif baru ketika sistem global masih didominasi oleh segelintir kekuatan. BRICS hadir bukan sebagai penantang, justru sebagai penyeimbang. Pangan, Teknologi dan Energi sekarang menjadi bagian dari keamanan, BRICS memberi kesempatan untuk memperkuatnya. Hal ini bukan lagi tentang memilih Barat atau Timur, tetapi tentang memastikan bahwa Indonesia tidak akan lagi terjebak dalam dominasi yang tidak seimbang.
Namun tentunya, bergabung ke BRICS juga bukan berarti tanpa risiko, akan selalu ada ancaman-ancaman yang mengintai. Dunia sejak dulu tidak pernah steril dari ancaman dan rasa curiga. Risiko diplomatik tetap ada, ketegangan dengan negara Barat dapat saja meningkat. Tetapi, keamanan bukan berarti menjauh dari perubahan. Selama prinsip “Bebas-Aktif” tetap dijaga, bergabung dengan BRICS tidak akan mengancam keamanan nasional. BRICS merupakan kesempatan untuk menegaskan jati diri Indonesia, juga cerminan bahwa aman bukan berarti diam, tetapi berani menentukan arah kebijakan di dunia yang terus berubah.
Penulis : Salsabila Halimsyah Rambe
Mahasiswi Prodi Ilmu Hubungan Internasional, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta