Gampangnya Mem-framing Kaum Muslimin Indonesia 

Gampangnya Mem-framing Kaum Muslimin Indonesia 

Segitu mudahnya para YouTubers mencari subscribers dari muslimin Indonesia dengan bumbu sentimen ke-Islaman. Sebut saja Hotman Paris Hutapea sering diskusi online dengan Aa Gym terus dibanjiri like, subscribe dan komentar "semoga dapat hidayah". Padahal night club miliknya banyak beroperasi ditengah-tengah umat seperti Holly Wings yang kemarin sempat ribut karena mencatut nama Muhammad dan Mariam dalam promonya.

Denny Sumargo, Daniel Mananta, dr. Richard Lee yang sering mengundang para Asatidz dan Ulama dalam podcast mereka terus diasumsikan mulai tertarik untuk pindah agama menjadi mualaf.

Begitu juga dalam dimensi politik democrazy, hal ini dilihat menarik oleh para praktisi politik. Dengan semangat mujahada-nya muslimin dicarikan dalil dan argumentasi untuk mendukungnya dalam pertarungan kontestasi politik.

Cocokologi menjadi metode ampuh dalam narasi "perlawanan terhadap penguasa". Partai hanyalah wasilah yang penting orangnya dan diksi-diksi menggoda lainnya. Padahal yang menggunakan narasi tersebut adalah pihak yang sebelumnya terlibat aktif dan agresif mendzolimi Kaum Muslimin Indonesia selama hampir 10 tahun berkuasa.

Muslimin seperti lupa bahwa penguasa 10 tahun ini lahir dari kandungan mereka dan diasumsikan selama ini sebagai boneka dari Ibu Ketum partai nya. Dan kini mau dimanfaatkan untuk mendukung calon kepala daerah yang dijagokan. Dengan judul baru bahwa si merah adalah penyelamat democrazy dengan tetap pada prinsipnya melawan penguasa dzolim.

Sekarang dengan gegabah tanpa jeda berfikir, memaki dan menghakimi bahkan dengan fatwa-fatwa mengerikan terhadap pihak yang tak sesuai dengan keinginannya. Seolah merasa paling mengerti tentang dinamika dan strategi politik kontemporer.

Padahal Ideologi partai hanya diksi absurd yang dipakai agar kelihatan idealis dan keren-kerenan dalam ber-narasi. Yang ada hanyalah kepentingan pragmatis dan opertunitis dari setiap kesempatan dan kejadian dalam kegiatan politik.

Dalam politik democrazy tidak ada kawan atau lawan yang abadi, karena yang abadi hanyalah kepentingan. Sadarlah wahai kalian Umat Islam bahwa perjuangan yang hakiki adalah di Jalan Allah SWT sesuai tuntunan Rasulullah Saw.