Komjen. Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si. Mendidik Tanpa ..?

Komjen. Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si. Mendidik Tanpa ..?

"Mendidik seorang calon Polisi dengan hanya memberikan kecerdasan dan keterampilan, tanpa menanamkan keimanan dan ketakwaan agar memiliki akhlak yang mulia, sama saja menciptakan monster di masa depan," kata Komjen. Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si. saat rapat koordinasi dan memberikan arahan kepada jajaran Lemdiklat Polri, (14-03-2021).

Kata-kata ini terbukti benar dengan kejadian polisi bunuh polisi atas perintah polisi senior di kasus Ferdi Sambo.

Seakan kawakan dalam memainkan peran selaku kepala pendidik di Kalemdiklat Polri yang pada saat itu sebagai guru yang mengedepankan iman untuk ditanam dalam setiap insan bhayangkara. 

Mungkin sekarang sudah beralih peran selaku Kepala BNPT yang menjadikan iman itu musuh yang harus diperangi dengan kontrol penuh dari pemerintah. Seakan lupa bahwa iman itu lahir dari ruang sepi rumah ibadah (masjid bagi muslimin). Haluannya adalah syariat yang diajarkan sang Nabi Saw, bukan menyesuaikannya dengan nilai-nilai luhur bangsa yang rujukannya sampai saat ini sangat absurd. Tapi syariat itu membentang menjadi landasan keluhuran suatu bangsa.

Sebagai seorang pribadi mungkin beliau termasuk Soleh dalam ukuran ibadah mahdhah yang selalu sholat berjamaah di masjid. Namun berbeda ketika tuntutan dinas dihadapkan dengan keyakinan yang berseteru kuat dalam batinnya. Sampai pemenangnya keluar dari lisan dan keputusannya selaku pimpinan satu lembaga BNPT.

Begitulah sistem (kekuasaan) bekerja sehingga mengharuskan siapapun yang berkepentingan akannya harus takluk dengan konsep kebenaran yang diakui secara sistemik. Ia tidak memberikan ruang kosong bagi konsep lain untuk hidup, oleh karenanya harus dilakukan kontrol penuh.

"Segenggam kekuasaan lebih berharga dari sekeranjang kebenaran"